Senin, 11 November 2013

PENCEMARAN AIR OLEH LIMBAH SABUN DAN DETERGEN SERTA SOLUSI PENANGGULANGANNYA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang        
Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya tidak ada air di bumi. Namun, air dapat menjadi malapetaka jika tersedia dalam kondisi yang tidak benar, baik kualitas maupun kuantitas airnya. Air yang bersih sangat dibutuhkan maunia, baik untuk keperluan sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, dan sebagainya.
Air bersih sangat berguna bagi kehidupan makhluk hidup. Baik manusia, hewan maupun tumbuhan semua membutuhkan air. Lihat saja sebagian besar tubuh manusia terdiri sari air dan seluruh proses kimia (metabolisme) dalam tubuh makhluk hidup meggunakan media air sebagai pelarut. Air juga sangat bergunan untuk keperluan sehari-hari seperti pengairan (irigasi), peternakan, mencuci dan berbagai aktivitas lainnya. Namun, sangat disayangkan semakin hari kebutuhan air bersih yang ada disekitar kita semakin sedikit terutama diperkotaan. Bahkan kini kita harus susah payah untuk mendapatkan air bersih, bahkan bila kita tidak mempunyai uang sulit bagi kita untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih.
Dalam kehidupan sehari – hari kita membutuhkan air yang bersih untuk minum, memasak, mandi, mencuci dan kepentingan lainnya. Air yang kita gunakan harus berstandart 3B yaitu tidak berwarna, tidak berbau dan tidak beracun. Tetapi banyak kita lihat air yang berwarna keruh dan berbau sering kali bercampur dengan benda – benda sampah seperti plastik, sampah organic, kaleng dan sebagainnya. Pemandangan seperti ini sering kita jumpai pada aliran sungai, selokan maupun kolam- kolam. Air yang demikian disebut air kotor atau air yang terpolusi. Air yang terpolusi mengandung zat- zat yang berbahaya yang dapat menyebabkan dampak buruk dan merugikan kita bila di konsumsi.
Di zaman sekarang, air menjadi masalah yang memerlukan perhatian serius. Untuk mendapatkan air yang baik sesuai dengan standar terntentu sudah cukup sulit untuk di dapatkan. Hal ini dikarenakan air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia. Sehingga menyebabkan kualitas air menurun, begitupun dengan kuantitasnya.
Air merupakan kebutuhan primer bagi kehidupan di muka bumi terutama bagi manusia. Oleh karena itu apabila air yang akan digunakan mengandung bahan pencemar akan mengganggu kesehatan manusia, menyebabkan keracunan bahkan sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian apabila bahan pencemar itu tersebut menumpuk dalam jaringan tubuh manusia.
Pencemaran air yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia telah mengakibatkan terjadinya krisis air bersih. Lemahnya pengawasan pemerintah serta keengganan untuk melakukan penegakan hukum secara benar menjadikan problem pencemaran air menjadi hal yang kronis yang makin lama makin parah. Oleh karena itu, sebagai manusia yang peduli akan kelangsungan hidup semua makhluk hidup, sudah menjadi kewajiban kita untuk mencegah dan mengatasi masalah tercemarnya air oleh zat yang berbahaya terutama dari limbah rumah tangga salah satunya air bekas cucian (sabun dan detergen).

1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Apa yang menyebabkan air bekas cucian (sabun dan detergen) dapat mencemari resapan air?
2.      Bagaimana proses terjadinya pencemaran air oleh sabun dan detergen?
3.      Bagaimana solusi untuk mengatasi pencemaran air oleh limbah bekas cucian (sabun dan detergen)?





1.3 Tujuan
Dengan penulisan makalah ini, penulis mengharapkan :
1.      Masyarakat dapat lebih memahami penyebab pencemaran air oleh limbah bekas cucian (sabun dan detergen).
2.      Masyarakat dapat memahami proses terjadinya pencemaran air oleh limbah sabun dan detrgen.
3.      Masyarakat dapat lebih bijak dalam mengelola limbah bekas cucian dalam lingkungan rumah tangga.
4.      Masyarakat dapat mengatasi masalah pencemaran air oleh limbah bekas cucian.






















BAB II
DASAR TEORI

2.1  Pencemaran Air
Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi. Air menutupi hampir 71% permukaan Bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di Bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi kehidupan manusia. Di banyak tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Selain di Bumi, sejumlah besar air juga diperkirakan terdapat pada kutub utara dan selatan planet Mars, serta pada bulan-bulan Europa dan Enceladus. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan Bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Pengelolaan sumber daya air yang kurang baik dapat menyebakan kekurangan air dan pencemaran air yang kini marak terjadi di Indonesia terutama kota-kota besar.
Pencemaran air di Indonesia saat ini semakin memprihatinkan. Pencemaran air dapat diartikan sebagai suatu perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Perubahan ini mengakibatkan menurunnya kualitas air hingga ke tingkat yang membahayakan sehingga air tidak bisa digunakan sesuai peruntukannya. Fenomena alam seperti gunung berapi, badai, gempa bumi dll juga mengakibatkan perubahan terhadap kualitas air, tapi dalam pengertian ini tidak dianggap sebagai pencemaran.
Pencemaran air, baik sungai, laut, danau maupun air bawah tanah, semakin hari semakin menjadi permasalahan di Indonesia sebagaimana pencemaran udara dan pencemaran tanah. Mendapatkan air bersih yang tidak tercemar bukan hal yang mudah lagi. Bahkan pada sungai-sungai di lereng pegunungan sekalipun.
Pencemaran air di Indonesia sebagian besar diakibatkan oleh aktifitas manusia yang meninggalkan limbah pemukiman, limbah pertanian, dan limbah industri termasuk pertambangan. Limbah pemukiman mempunyai pengertian segala bahan pencemar yang dihasilkan oleh daerah pemukiman atau rumah tangga. Limbah pemukiman ini bisa berupa sampah organik (kayu, daun dll), dan sampah nonorganik (plastik, logam, dan deterjen). Asian Development Bank (2008) pernah menyebutkan pencemaran air di Indonesia menimbulkan kerugian Rp 45 triliun per tahun. Biaya yang akibat pencemaran air ini mencakup biaya kesehatan, biaya penyediaan air bersih, hilangnya waktu produktif, citra buruk pariwisata, dan tingginya angka kematian bayi.
Salah satu dampak negative dari kemajuan ilmu dan teknologi yang tidak digunakan dengan benar adalah terjadinya polusi. Polusi  adalah peristiwa masuknya zat, unsure, zat atau komponen lain yang merugikan ke dalam lingkungan akibat aktivitas manusia atau proses alami. Segala sesuatu yang menyebabkan polusi disebut polutan.
Description: D:\gawean'e wong kuliah\kl\Pencemaran Air di Indonesia _ Alamendah's Blog_files\pencemaran-air-sungai.jpgSuatu benda dapat dikatakan polutan bila kadarnya melebihi batas normal, berada pada tempat dan waktu yang tidak tepat. Polutan dapat berupa suara, panas, radiasi, debu, bahan kimia, zat- zat yang dihasilkan makhluk hidup dan sebagainya. Adanya polutan dalam jumlah yang berlebihan dapat menyebabkan lingkungan tidak dapat mengadakan pembersihan sendiri (regenerasi). Oleh karena itu, polusi terhadap lingkungan perlu dideteksi secara dini dan ditangani segera.
Pencemaran air terjadi apabila dalam air terdapat berbagai macam zat atau kondisi (misal Panas) yang dapat menurunkan standar kualitas air yang telah ditentukan, sehingga tidak dapat digunakan untuk kebutuhan tertentu. Suatu sumber air dikatakan tercemar tidak hanya karena tercampur dengan bahan pencemar, akan tetapi apabila air tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan tertentu, Sebagai contoh suatu sumber air yang mengandung logam berat atau mengandung bakteri penyakit masih dapat digunakan untuk kebutuhan industri atau sebagai pembangkit tenaga listrik, akan tetapi tidak dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga (keperluan air minum, memasak, mandi dan mencuci).

2.2  Sabun dan Detergen
Limbah domestik kerapkali mengandung sabun dan diterjen. Keduanya merupakan sumber potensial bagi bahan pencemar organik. Sabun adalah senyawa garan dari asam-asam lemak tinggi, seperti natrium stearat, C17H35COO-Na+. Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan dari kekuatan pengemulsian dan kemampuan menurunkan tegangan permukaan dari air. Konsep ini dapat dipahami dengan mengingat kedua sifat dari ion sabun. Suatu gambaran dari stearat terdiri dari ion karboksil sebagai “kepala” dengan hidrokarbon yang panjang sebagai “ekor“.
Dengan adanya minyak, lemak dan bahan organik tidak larut dalam air lainnya, kecenderungan untuk ‘ekor” dari anion melarut dalam bahan organik, sedangkan bagian “kepala” tetap tinggal dalam larutan air.
Oleh karena itu sabun mengemulsi atau mengsuspensi bahan organik dalam air. Dalam proses ini, anion-anion membentuk partikel-partikel micelle seperti gambar berikut.
Description: D:\gawean'e wong kuliah\kimling\Sabun dan Deterjen _ Chem-Is-Try.Org _ Situs Kimia Indonesia __files\3.jpg
Gambar 3 Bentuk partikel-partikel koloid Micelle dari sabun
Keuntungan yang utama dari sabun sebagai bahan pencuci terjadi dari reaksi dengan kation-kation divalen membentuk garam-garam dari asam lemak yang tidak larut.
2 C17H35COO-Na+ + Ca2+ –> Ca(C17H35CO2)2(s) + 2 Na+
Padatan-padatan tidak larut ini, biasanya garam-garam dari mahnesium atau kalsium. Keduanya tidak seluruhnya efektif seperti bahan­bahan pencuci. Bila sabun digunakan dengan cukup, semua kation divalen dapat dihilangkan oleh reaksinya dengan sabun, dan air yang mengandung sabun berlebih dapat mempunyai kemampuan pencucian dengan kualitas yang baik.
Begitu sabun masuk ke dalam buangan air atau suatu sistem akuatik biasanya langsung terendap sebagai garam-garam kalsium dan magnesium, oleh karena itu beberapa pengaruh dari sabun dalam larutan mungkin dapat dihilangkan. Akhirnya dengan biodegridasi, sabun secara sempurna dapat dihilangkan dari lingkungan. Oleh kerena itu i terlepas dari pembentukan buih yang tidak enak dipandang, sabun tidak menyebabkan pencemaran yang penting.
Deterjen sintentik mempunyai sifat-sifat mencuci yang baik dan tidak membentuk garam-garam tidak larut dengan ion-ion kalsium dari magnesium yang biasa terdapat dalam air sadah. Deterjen sintetik mempunyai keuntungan tambahan karena secara relatif bersifat asam kuat, oleh karena itu tidak menghasilkan endapan sebagai asam-asam yang mengendap suatu karakteristik yang tidak nampak pada sabun.
Unsur kunci dari deterjen adalah bahan surfaktan atau bahan aktif permukaan yang bereaksi dalam menjadikan air menjadi basah (wetter) dan sebagai bahan pencuci yang lebih baik. Surfaktan terkonsentrasi pada batas permukaan antara air dengan  gas (udara), padatan-padatan (debu)  dan cairan-cairan yang tidak dapat bercampur (minyak). Hal ini terjadi karena struktur “Amphiphilic” yang berarti bagian yang satu dari molekul adalah suatu yang bersifat polar atau gugus ionik (sebagai kepala) dengan afinitas yang kuat untuk air dan bagian lainnya suatu hidrokarbon (sebagai ekor) yang tidak suka air.
Senyawa ini suatu surfaktan alkil sulfat, suatu jenis yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan seperti shampo, kosmetik, pembersih, dan loundry. Sampai tahun 1960-an  sufaktan yang paling umum digunakan adalah alkil benzen sulfonat. ABS suatu produk derivat alkil benzen. ABS sangat tidak menguntungkan karena ternyata sangat lambat terurai oleh bakteri pengurai disebabkan oleh adanya rantai bercabang pada strukturnya. Oleh kerena itu ABS kemudian digantikan oleh surfaktan yang dapat dibiodegradasi yang dikenal dengan Linier Alkil Sulfonat (LAS). Sejak LAS menggantikan ABS dalam deterjen masalah-masalah yang timbul seperti penutupan permukaan air oleh gumpalan busa dapat dihilangkan dan toksinitasnya terhadap ikan di air telah banyak dikurangi.
Sampah dan buangan-buangan kotoran dari rumah tangga, pertanian dan pabrik/industri dapat mengurangi kadar oksigen dalam air yang dibutuhkan oleh kehidupan  dalam air. Di bawah pengaruh bakteri anaerob senyawa organik akan terurai dan menghasilkan gas-gas NH3 dan H2S dengan bau busuknya. Penguraian senyawa-senyawa organik juga akan menghasilkan gas-gas beracun dan bakteri-bakteri patogen yang akan mengganggu kesehatan air.
Detergen tidak dapat diuraikan oleh organisme lain kecuali oleh ganggang hijau dan yang tidak sempat diuraikan ini akan menimbulkan pencemaran air. Senyawa-senyawa organik seperti pestisida (DDT, dikhloro difenol trikhlor metana), juga merupakan bahan pencemar air. Sisa-sisa penggunaan pestisida yang berlebihan akan terbawa aliran air pertanian dan akan masuk ke dalam rantai makanan dan masuk dalam jaringan tubuh makhluk yang memakan makanan itu.
Bahan pencemar air yang paling berbahaya adalah air raksa. Senyawa­senyawa air raksa dapat berasal dari pabrik kertas, lampu merkuri. Karena pengaruh bakteri anaerob garam anorganik Hg dengan adanya senyawa hidrokarbon akan bereaksi membentuk senyawa dimetil mekuri (CH3)2Hg yang larut dalam air tanah dan masuk dalam rantai makanan yang akhirnya dimakan manusia.
Energi panas juga dapat menjadi bahan pencemar air, misalnya penggunaan air sebagai pendingin dalam proses di suatu industri atau yang digunakan pada reaktor atom, menyebabkan air menjadi panas. Air yang menjadi panas, selain mengurangi kelarutan oksigen dalam air juga dapat berpengaruh langsung kehidupan dalam air.



2.3  Sumber Penyebab Terjadinya Pencemaran Air
Ada beberapa penyebab terjadinya pencemaran air antara lain apabila air terkontaminasi dengan bahan pencemar air seperti sampah rumah tangga, sampah limbah industri, sisa-sisa pupuk atau pestisida dari daerah pertanian, limbah rumah sakit, limbah kotoran ternak, partikulat-partikulat padat hasil kebakaran hutan dan gunung berapi yang meletus atau endapan hasil erosi tempat-tempat yang dilaluinya.
Bahan Pencemar air
Pada dasarnya Bahan Pencemar Air dapat dikelompokkan menjadi:
a.       Sampah yang dalam proses penguraiannya memerlukan oksigen yaitu sampah yang mengandung senyawa organik, misalnya sampah industri makanan, sampah industri gula  tebu, sampah rumah tangga (sisa-sisa makanan), kotoran manusia dan kotoran hewan, tumbuh­tumbuhan dan hewan yang mati. Untuk proses penguraian sampah­sampah tersebut memerlukan banyak oksigen, sehingga apabila sampah-sampah tersbut terdapat dalam air, maka perairan (sumber air) tersebut akan kekurangan oksigen, ikan-ikan dan organisme dalam air akan mati kekurangan oksigen. Selain itu proses penguraian sampah yang mengandung protein (hewani/nabati) akan menghasilkan gas H2S yang berbau busuk, sehingga air tidak layak untuk diminum atau untuk mandi.
b.      Bahan pencemar penyebab terjadinya penyakit, yaitu bahan pencemar yang mengandung virus dan bakteri misal bakteri coli yang dapat menyebabkan penyakit saluran pencernaan (disentri, kolera, diare, types) atau penyakit kulit. Bahan pencemar ini berasal dari limbah rumah tangga, limbah rumah sakit atau dari kotoran hewan/manusia.
c.       Bahan pencemar senyawa anorganik/mineral misalnya logam-logam berat seperti merkuri (Hg), kadmium (Cd), Timah hitam (pb), tembaga (Cu), garam-garam anorganik. Bahan pencemar berupa logam-logam  berat yang masuk ke dalam tubuh biasanya melalui makanan dan dapat tertimbun dalam organ-organ tubuh seperti ginjal, hati, limpa saluran pencernaan lainnya sehingga mengganggu fungsi organ tubuh tersebut.
d.      Bahan pencemar organik yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yaitu senyawa organik berasal dari pestisida, herbisida, polimer seperti plastik, deterjen, serat sintetis, limbah industri dan limbah minyak. Bahan pencemar ini tidak dapat dimusnahkan oleh mikroorganisme, sehingga akan menggunung dimana-mana dan dapat mengganggu kehidupan dan kesejahteraan makhluk hidup.
e.       Bahan pencemar berupa makanan tumbuh-tumbuhan seperti senyawa nitrat, senyawa fosfat dapat menyebabkan tumbuhnya alga (ganggang) dengan pesat sehingga menutupi permukaan air. Selain itu akan mengganggu ekosistem air, mematikan ikan dan organisme dalam air, karena kadar oksigen dan sinar matahari berkurang. Hal ini disebabkan oksigen dan sinar matahari yang diperlukan organisme dalam air (kehidupan akuatik) terhalangi dan tidak dapat masuk ke dalam air.
f.       Bahan pencemar berupa zat radioaktif, dapat menyebabkan penyakit kanker, merusak sel dan jaringan tubuh lainnya. Bahan pencemar ini berasal dari limbah PLTN dan dari percobaan-percobaan nuklir lainnya.
g.      Bahan pencemar berupa endapan/sedimen seperti tanah dan lumpur akibat erosi pada tepi sungai atau partikulat-partikulat padat/lahar yang disemburkan oleh gunung berapi yang meletus, menyebabkan air menjadi keruh, masuknya sinar matahari berkurang, dan air kurang mampu mengasimilasi sampah.
h.      Bahan pencemar berupa kondisi (misalnya panas), berasal dari limbah pembangkit tenaga listrik atau limbah industri yang menggunakan air sebagai pendingin. Bahan pencemar panas ini menyebabkan suhu air meningkat tidak sesuai untuk kehidupan akuatik (organisme, ikan dan tanaman dalam air). Tanaman, ikan dan organisme yang mati ini akan terurai menjadi senyawa-senyawa organik. Untuk proses penguraian senyawa organik ini memerlukan oksigen, sehingga terjadi penurunan kadar oksigen dalam air.
Secara garis besar bahan pencemar air tersebut di atas dapat dikelompokkan menjadi:
  1. Bahan pencemar organik, baik yang dapat mengalami penguraian oleh mikroorganisme maupun yang tidak dapat mengalami penguraian.
  2. Bahan pencemar anorganik, dapat berupa logam-logam berat, mineral (garam-garam anorganik seperti sulfat, fosfat, halogenida, nitrat)
  3. Bahan pencemar berupa sedimen/endapan tanah atau lumpur.
  4. Bahan pencemar berupa zat radioaktif
  5.  Bahan pencemar berupa panas

2.4  Parameter dan Standar Kualitas Air
Telah kita ketahui bahwa sumber air dikatakan tercemar apabila mengandung bahan pencemar yang dapat mengganggu kesejahteraan makhluk hidup (hewan, manusia, tumbuh-tumbuhan) dan lingkungan. Akan tetapi air yang mengandung bahan pencemar tertentu dikatakan tercemar untuk keperluan tertentu, misalnya untuk keperluan rumah tangga belum tentu dapat dikatakan tercemar untuk keperluan lain. Dengan demikian standar kualitas air untuk setiap keperluan akan berbeda, bergantung pada penggunaan air tersebut, untuk keperluan rumah tangga berbeda dengan standar kualitas air untuk keperluan lain seperti untuk keperluan pertanian, irigasi, pembangkit tenaga listrik dan keperluan industri. Dengan demikian tentunya parameter yang digunakan pun akan berbeda pula.
Sesuai dengan bahan pencemar yang terdapat dalam sumber air, maka parameter yang biasa digunakan untuk mengetahui standar kualitas air pun berdasarkan pada bahan pencemar yang mungkin ada, antara lain dapat dilihat dari:
  1. Description: gambar5warna, bau, dan/atau rasa dari air.
  2. Sifat-sifat senyawa anorganik (pH, daya hantar spesifik, daya larut oksigen, daya larut garam-garam dan adanya logam-logam berat).
  3. Adanya senyawa-senyawa organik yang terdapat dalam sumber air (misal CHCl3, fenol, pestisida, hidrokarbon).
  4. Keradioaktifan misal sinar ß.
  5. Sifat bakteriologi (misal bakteri coli, kolera, disentri, typhus dan masih banyak lagi).

2.5 Dampak Pencemaran Air
Limbah rumah tangga seperti sabun dan detergen sepertinya menjadi salah satu sumber utama dan penyebab pencemaran air yang memberikan dampak paling kentara terutama pada masyarakat perkotaan di Indonesia. Limbah pemukiman (rumah tangga) yang menjadi salah satu penyebab pencemaran air diakibatkan oleh aktivitas manusia itu sendiri. Dan pada akhirnya pencemaran air ini juga memberikan dampak yang merugikan bagi manusia itu pula.
Beberapa dampak pencemaran air bersih dari limbah rumah tangga :
1.      Kualitas air menurun
Air yang mengalami pencemaran akibat sampah organik akan memiliki kandungan oksigen yang rendah sehingga dari sini kita bisa tahu bahwa kualitas air menjadi menurun. Hal ini disebabkan oleh bakteri pembusuk yang menghabiskan sebagian besar oksigen untuk proses pembusukan sampah tersebut.
2.      Tumbuhnya kuman penyakit
Banyaknya kontaminasi yang terjadi akibat limbah rumah tangga yang dibuang sembarangan dapat memunculkan penyakit seperti disentri, penyakit kulit, mutaber dan sejenisnya yang sifatnya mudah sekali menular.
3.      Air tak layak konsumsi
Dari pencemaran yang terjadi akibat limbah rumah tangga / domestik akan membuat air sungai dan sumber air di lokasi sekitar menjadi tak layak digunakan. Ini disebabkan karena limbah tersebut telah menyatu dengan air bersih sehingga perlu penanganan khusus supaya air ditempat sekitar dapat dikonsumsi kembali sebagai air minum, air mandi, air cuci maupun air mengolah makanan.
4.      Suplai air berkurang
Untuk sungai yang tercemar biasanya pendangkalan sungai akan terjadi. Hal ini disebabkan oleh limbah rumah tangga yang membusuk menjadi masalah utama dalam pendangkalan air sungai sehingga suplai air pun di lokasi pencemaran menjadi berkurang drastis.
5.      Menyebabkan banjir
Sungai yang diisi oleh banyak sampah organik maupun anorganik yang tidak dapat dibusukkan oleh bakteri pembusuk dapat menyumbat aliran air sehingga bila air pada lokasi tertentu terhambat maka dapat memuntahkan air sungai di lokasi tersebut sehingga bencana banjir tak dapat dielakan.



BAB III
PEMBAHASAN

3.1  Pencemaran Air oleh Limbah Cucian (Sabun dan Detergen)
Limbah detergen yang mencemari badan air atau sumur gali umumnya berasal dari limbah rumah tangga dan berbagai kegiatan masyarakat yang menggunakan detergen secara besar-besaran, sehingga pencemaran air bersih oleh zat ini semakin hari semakin mengkawatirkan. Detergen atau surfaktan sintetis merupakan zat toksik, bersifat karsinogenik dapat menimbulkan kanker jika terakumulasi dalam jangka waktu lama di dalam tubuh.
Description: D:\gawean'e wong kuliah\kimling\pencemaran-detergen-pada-air-bersih_files\Pencemarndetergen.jpg
PENCEMARAN DETERGEN

Detergen umumnya tersusun atas lima jenis bahan, antara lain surfaktan yang merupakan senyawa Alkyl Bensen Sulfonat (ABS) yang berfungsi untuk mengangkat kotoran pakaian. Alkyl Bensen Sulfonat bersifat nonbiodegradable atau sulit terurai di alam. Bahan utama dari pembuatan deterjen adalah suatu senyawa surfaktan. Surfaktan atau surface active agent atau wetting agent merupakan bahan organik yang berperan sebagai bahan aktif pada detergen, sabun, dan shampoo. Surfaktan dapat menurunkan tegangan permukaan sehingga memungkinkan partikel-partikel yang menempel pada bahan-bahan yang dicuci terlepas dan mengapung atau terlarut dalam air (Effendi,H, 2003).
Deterjen juga mengandung bahan pengisi berupa senyawa fosfat, yang berfungsi mencegah menempelnya kembali kotoran pada bahan yang sedang dicuci. Senyawa fosfat digunakan hampir oleh segala merk detergen. Senyawa ini memberikan peran besar pada proses terjadinya eutrofikasi sehingga menyebabkan Booming Alge (meledaknya populasi tanaman air).
Selanjutnya pemutih dan pewangi sebagai bahan pembantu yang digunakan pada detergen umumnya umumnya bersal dari natrium karbonat, menurut hasil beberapa penelitin dapat menyebabkan kanker pada manusia. Sedangkan bahan pewangi dan bahan penimbul busa pada dasarnya tidak diperlukan dalam proses pencucian, dan tidak berhubungan antara daya bersih dengan keberadaan busa yang melimpah. Sedangkan Fluorescent, berguna untuk membuat pakaian lebih cemerlang.
Menurut Dean dan Bradley (1984), surfaktan memiliki berbagai ragam struktur kimia yang berbeda, sehingga dikelompokan menjadi empat kelompok utama yaitu: surfaktan anionik, surfaktan kationik, surfaktan nonionik dan surfaktan amphoteric (zwitterionic). Perbedaan ini didasarkan pada sifat penggugusan polar yang memberikan sifat khas pada surfaktan. Dari gugus – gugus ini, yang kationik memiliki kemampuan yang relatif terbatas. Beberapa jenis surfaktan ditunjukan dalam berikut :

Beberapa Jenis Surfaktan
No
Surfaktan Anionik
Surfaktan Kationik
Surfaktan Nonionik
Surfaktan Amphoterik
1.
Natrium   linear
alkyl       benzene
sulphonate
Stearalkonium chloride
Dodecyl dimethyl-amine
Cocoampho carboxyglycinate
2.
Linear       alkyl
benzene sulphonate
Benzalkonium chloride
Coco diethanolamide
Cocamidopropyl­betaine
3.
Petroleum sulphonate
Quatemary ammonium compounds
Alcohol     ethoxy
lates
Betaines
4.
Natrium lautryl ether sulphate
Amine compound
Linier  primary
alcohol
Imidazolines
5.
Alkyl  sulphate

Alcohol polythoxylate

6.
Alcohol sulphate

Polymers


Selain digunakan sebagai sabun, surfaktan juga digunakan dalam industri tekstil dan pertambangan, baik sebagai lubrikan, emulsi, maupun flokulan. Komposisi surfaktan dalam detergen berkisar antara 10%-30%, disamping polifosfat dan pemutih. Kadar surfaktan 1 mg/liter dapat mengakibatkan terbentuknya busa perairan (Effendi, 2003).

3.2  Sifat Fisika dan Kimiawi Surfaktan

Sifat surfaktan bergantung pada suatu molekul yang memiliki sifat lipofilik dan hidrofilik. Pada batas antar fase (misalnya, lemak dan air atau udara dan air), molekul surfaktan bergabung menyebabkan turunnya tegangan permukaan. Pada batas antar fase ini, keberadaan busa menyebabkan terbentuknya perluasan daerah antar fase dan dengan demikian akumulasi surfaktan dalam air busa dan akibatnya, terjadi penurunan kepekatan surfaktan dalam massa air. Pengaruh ini dapat menyebabkan perbedaan dalam kepekatan dalam tingkatan beberapa ribu kali (Connell, 1995).
Surfaktan ABS ( alkyl benzene sulphonate) digunakan dalam bentuk garam natrium, zat ini terdapat dalam air alamiah sebagai garam kalsium. Garam ini memiliki kelarutan dalam air yang rendah dan terdapat sebagai suatu suspensi yang tidak stabil. Pertama kali menempel pada batas antar fase seperti udara-air, lemak-air dan sediment dasar air, tetapi secara nyata memasuki sediment dasar sebagai deposit. Ini menyebabkan kepekatan yang tinggi dalam sediment pada daerah yang menerima limbah air yang mengandung surfaktan (Connell, 1995 .
Surfaktan dapat mengubah sifat aliran hidrolik media porous seperti tanah. Pembentukan misel garam kalsium surfaktan ABS dalam sistem alamiah memungkinkan surfaktan menjadi lebih mudah diendapkan dari pada garam natrium. Pengendapan surfaktan ini menyebabkan pembentukan suatu sel garam kalsium yang dapat menghalangi aliran air melalui sistem porous (Connell, 1995).

3.3  Proses Penguraian (Degradasi) pada Detergen

Proses yang paling penting dalam sistem alamiah adalah degradasi mikrobial. Tanah dan jasad renik memiliki kemampuan untuk melakukan degradasi pada surfaktan (Connell, 1995).
Secara kimia proses degradasi detergen dapat dijelaskan sebagai berikut. Bahwa surfaktan ABS menahan gugus alkil yang diturunkan dari minyak bumi. Dengan surfaktan anionik, gugus alkil biasanya mengandung 9-15 atom karbon. Gugus alkil mengandung banyak struktur yang berbeda dan terdapat pengaruh mengenai jenis struktur ini terhadap biodegradasi. Hadirnya sebuah atom karbon kuartener dalam rantai alkil dapat menghambat proses degradasi karena sebuah atom hidrogen tidak tersedia bagi oksidasi β. Umumnya percabangan rantai alkil menambah ketahanan terhadap degradasi. Sebaliknya gugus alkil berantai lurus relatif dapat didegradasi. Sifat ini telah dimanfaatkan dalam pembuatan surfaktan komersial. Surfaktan ABS dengan gugus alkil yang mengandung campuran rantai-rantai bercabang adalah cukup sulit untuk didegradasi. Sehingga dibuat surfaktan ABS yang mengandung gugus alkil linier, yang mudah didegradasi.


3.4  Sumur Resapan sebagai Upaya Mungurangi Pencemaran Air oleh Limbah Sabun dan Detergen
Limbah bekas air buangan kamar mandi dan bekas air cucian  harus dikelola dengan baik. Berikut ini merupakan ketentuan yang sedapat mungkin untuk dilakukan dalam pengelolaannya yaitu tempat cucian dipasang tidak jauh dari dapur. Bak cucian dipasang saringan, saluran pralon ke bak kontrol yang jaraknya maksimum 5 m. Bak ini perlu ditutup dan diberi pegangan agar memudahkan pengambilan tutup bak. Agar binatang tidak dapat masuk perlu dibuat besi penghalang.

Untuk pembuatannya dapat dilihat pada Gambar di bawah ini:











Gambar 1. Pengelolaan Air Limbah Saluran Pembuangan

Dari gambar tersebut terlihat kegunaan tempat pengelolaan limbah, yaitu untuk membuang air cucian dapur dan kamar mandi serta untuk membuang air kotoran kamar mandi. Saluran pengolahan limbah ini perlu dibersihkan secara teratur terutama pada saringan air. Jangan membuang benda-benda padat seperti : batu kerikil, kertas, kain, plastik dan barang-barang lainnya, karena akan menyumbat saluran.
Limbah air bekas mandi dan cuci dialirkan ke bak kontrol dan langsung ke sumur resapan. Air akan tersaring pada bak resapan dan air yang keluar dari bak resapan sudah bebas dari pencemaran.Tempat mandi dan cuci dibuat dari batu bata, campuran semen dan pasir. Bak kontrol dibuat terutama untuk saluran yang berbelok, karena pada saluran berbelok lama-lama terjadi pengikisan ke samping sedikit demi sedikit, dan akan terjadi suatu pengendapan kotoran. Dibuat juga sumur resapan yang terbuat dari susunan batu bata kosong yang diberi kerikil dan lapisan ijuk. Sumur resapan diberi kerikil dan pasir. Jarak antara sumur air bersih ke sumur resapan minimum 10 m agar  jangan mencemarinya.

Pembuatan dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.












Gambar 2. Bak Saluran Bekas Mandi dan Cuci.

Disamping cara yang tersebut diatas untuk mengelola limbah saluran kamar mandi dan limbah bekas cucian dapat juga dilakukan dengan cara mengalirkan limbah melalui saluran ke sebuah lubang resapan.
Pertama dibuat lubang di luar dapur dengan lebar, panjang dan tinggi 1 m atau disesuaikan dengan tempat dan kebutuhan. Di buat saluran dari batu bata, pasir, semen atau pakai bis. Kalau saluran terbuka bisa ditutup dengan bambu, kayu atau seng. Bak resapan diisi dengan pasir, kerikil, batu kali. Akan lebih baik kalau bak resapan ditutup dengan kayu/bambu/cor-coran pasir dan semen. Dan dapat diberi saluran udara dari pralon.







Cara pembuatannya dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.











Gambar 4. Pengelolaan limbah air buangan kamar mandi dan limbah bekas air cucian.

Untuk mencegah agar tidak terjadi pencemaran air, dalam aktivitas kita dalam memenuhi kebutuhan hidup hendaknya tidak menambah terjadinya bahan pencemar antara lain tidak membuang sampah rumah tangga, sampah rumah sakit, sampah/limbah industri secara sembarangan, tidak membuang ke dalam air sungai, danau ataupun ke dalam selokan. Tidak menggunakan pupuk dan pestisida secara berlebihan, karena sisa pupuk dan pestisida akan mencemari air di lingkungan tanah pertanian. Tidak menggunakan deterjen fosfat, karena senyawa fosfat merupakan makanan bagi tanaman air seperti enceng gondok yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air.




BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa limbah bekas cucian yang mengandung sabun dan detergen dapat mengakibatkan pencemaran air apabila tidak diolah secara bijak. Limbah ini dapat mencemari air sungai ataupun resapan air tanah yang semestinya dapat digunakan sebagai bahan baku air bersih. Detergen dan sabun ini mengandung bahan surfaktan yang dapat mencemari air dan tentunya berbahaya bila terkonsumsi oleh manusia. Detergen atau surfaktan sintetis merupakan zat toksik, bersifat karsinogenik dapat menimbulkan kanker jika terakumulasi dalam jangka waktu lama di dalam tubuh. Deterjen juga mengandung bahan pengisi berupa senyawa fosfat yang digunakan hampir semua merek detergen. Senyawa ini memberikan peran besar pada proses terjadinya eutrofikasi sehingga menyebabkan Booming Alge (meledaknya populasi tanaman air). Bahan pewangi dan bahan penimbul busa pada dasarnya tidak diperlukan dalam proses pencucian, dan tidak berhubungan antara daya bersih dengan keberadaan busa yang melimpah. Jadi, peran sabun dan detergen terhadap pencemaran air sangatlah besar. Oleh karena itu, sebagai manusia yang bijak sudah seharusnya kita mengolah limbah cuci tersebut, salah satu upaya yang dapat kita lakukan adalah dengan membangunan saluran pembuangan air cucian dengan metode sumur resapan yang diberi kerikil, batu kali dan pasir.

4.2 Saran
·         Sebaiknya masyarakat mengurangi pemakaian sabun atau detergen yang mengandung fosfat dalam kadar banyak.
·         Sebaiknya masyarakat lebih bijak dalam pemakaian sabun dan detrgen karena banyaknya detergen yang digunakan untuk menghasilkan busa yang banyak tidak mempengaruhi daya bersih dari proses pencucian tersebut.
·         Sebaiknya masyarakat mulai memperhatikan pentingnya kebersihan lingkungan dan menaggulangi terjadinya pencemaran baik air, tanah, maupun udara.
DAFTAR PUSTAKA

§  Djambur. W. Sukarno. 1993. Biologi 1 untuk Sekolah Menengan Umum. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, pusat perbukuan
§  Ahya M Salman. 1993. Biologi 1 untuk Sekolah Menengah Umum, Dekdibud, Jakarta
§  Santiyono. 1994. Biologi 1 untuk sekolah Menengah Umum, penerbit Erlangga
§  Sumber dan Bahan Pencemar Air _ Chem-Is-Try.Org _ Situs Kimia Indonesia _.htm
§  pencemaran-detergen-pada-air-bersih.html by Munif Arifin

§  Sabun dan Deterjen _ Chem-Is-Try.Org _ Situs Kimia Indonesia _.htm