BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan utama bagi
proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya tidak ada air
di bumi. Namun, air dapat menjadi malapetaka jika tersedia dalam kondisi yang
tidak benar, baik kualitas maupun kuantitas airnya. Air yang bersih sangat
dibutuhkan maunia, baik untuk keperluan sehari-hari, untuk keperluan industri,
untuk kebersihan sanitasi kota, dan sebagainya.
Air bersih sangat berguna bagi
kehidupan makhluk hidup. Baik manusia, hewan maupun tumbuhan semua membutuhkan
air. Lihat saja sebagian besar tubuh manusia terdiri sari air dan seluruh
proses kimia (metabolisme) dalam tubuh makhluk hidup meggunakan media air
sebagai pelarut. Air juga sangat bergunan untuk keperluan sehari-hari seperti
pengairan (irigasi), peternakan, mencuci dan berbagai aktivitas lainnya. Namun,
sangat disayangkan semakin hari kebutuhan air bersih yang ada disekitar kita
semakin sedikit terutama diperkotaan. Bahkan kini kita harus susah payah untuk
mendapatkan air bersih, bahkan bila kita tidak mempunyai uang sulit bagi kita
untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih.
Dalam
kehidupan sehari – hari kita membutuhkan air yang bersih untuk minum, memasak,
mandi, mencuci dan kepentingan lainnya. Air yang kita gunakan harus berstandart
3B yaitu tidak berwarna, tidak berbau dan tidak beracun. Tetapi banyak kita
lihat air yang berwarna keruh dan berbau sering kali bercampur dengan benda –
benda sampah seperti plastik, sampah organic, kaleng dan sebagainnya.
Pemandangan seperti ini sering kita jumpai pada aliran sungai, selokan maupun
kolam- kolam. Air yang demikian disebut air kotor atau air yang terpolusi. Air
yang terpolusi mengandung zat- zat yang berbahaya yang dapat menyebabkan dampak
buruk dan merugikan kita bila di konsumsi.
Di zaman sekarang, air menjadi
masalah yang memerlukan perhatian serius. Untuk mendapatkan air yang baik
sesuai dengan standar terntentu sudah cukup sulit untuk di dapatkan. Hal ini
dikarenakan air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari berbagai
hasil kegiatan manusia. Sehingga menyebabkan kualitas air menurun, begitupun
dengan kuantitasnya.
Air
merupakan kebutuhan primer bagi kehidupan di muka bumi terutama bagi manusia.
Oleh karena itu apabila air yang akan digunakan mengandung bahan pencemar akan
mengganggu kesehatan manusia, menyebabkan keracunan bahkan sangat berbahaya
karena dapat menyebabkan kematian apabila bahan pencemar itu tersebut menumpuk
dalam jaringan tubuh manusia.
Pencemaran air yang terjadi di berbagai wilayah
di Indonesia telah mengakibatkan terjadinya krisis air bersih. Lemahnya
pengawasan pemerintah serta keengganan untuk melakukan penegakan hukum secara
benar menjadikan problem pencemaran air menjadi hal yang kronis yang makin lama
makin parah. Oleh karena itu, sebagai manusia yang peduli akan kelangsungan
hidup semua makhluk hidup, sudah menjadi kewajiban kita untuk mencegah dan
mengatasi masalah tercemarnya air oleh zat yang berbahaya terutama dari limbah
rumah tangga salah satunya air bekas cucian (sabun dan detergen).
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa
yang menyebabkan air bekas cucian (sabun dan detergen) dapat mencemari resapan
air?
2. Bagaimana
proses terjadinya pencemaran air oleh sabun dan detergen?
3.
Bagaimana solusi untuk mengatasi
pencemaran air oleh limbah bekas cucian (sabun dan detergen)?
1.3
Tujuan
Dengan
penulisan makalah ini, penulis mengharapkan :
1. Masyarakat
dapat lebih memahami penyebab pencemaran air oleh limbah bekas cucian (sabun
dan detergen).
2. Masyarakat
dapat memahami proses terjadinya pencemaran air oleh limbah sabun dan detrgen.
3. Masyarakat
dapat lebih bijak dalam mengelola limbah bekas cucian dalam lingkungan rumah
tangga.
4. Masyarakat
dapat mengatasi masalah pencemaran air oleh limbah bekas cucian.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pencemaran Air
Air adalah senyawa yang
penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi. Air menutupi hampir 71% permukaan
Bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik
(330 juta mil³) tersedia di Bumi. Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan
pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga
dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam obyek-obyek
tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu:
melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas
permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting bagi
kehidupan manusia. Di
banyak tempat di dunia terjadi kekurangan persediaan air. Selain di Bumi,
sejumlah besar air juga diperkirakan terdapat pada kutub utara dan selatan planet Mars, serta pada bulan-bulan Europa dan Enceladus. Air
dapat berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan
satu-satunya zat yang secara alami terdapat di permukaan Bumi dalam ketiga
wujudnya tersebut. Pengelolaan sumber daya air yang kurang baik dapat
menyebakan kekurangan air dan pencemaran air yang kini marak terjadi di
Indonesia terutama kota-kota besar.
Pencemaran air di Indonesia
saat ini semakin memprihatinkan. Pencemaran air dapat diartikan sebagai suatu
perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai, lautan
dan air tanah akibat aktivitas manusia. Perubahan ini mengakibatkan menurunnya
kualitas air hingga ke tingkat yang membahayakan sehingga air tidak bisa
digunakan sesuai peruntukannya. Fenomena alam seperti gunung berapi, badai,
gempa bumi dll juga mengakibatkan perubahan terhadap kualitas air, tapi dalam
pengertian ini tidak dianggap sebagai pencemaran.
Pencemaran air, baik sungai, laut,
danau maupun air bawah tanah, semakin hari semakin menjadi permasalahan di
Indonesia sebagaimana pencemaran
udara dan
pencemaran tanah. Mendapatkan air bersih yang tidak tercemar bukan hal yang
mudah lagi. Bahkan pada sungai-sungai di lereng pegunungan sekalipun.
Pencemaran
air di Indonesia sebagian besar diakibatkan oleh aktifitas manusia yang
meninggalkan limbah pemukiman, limbah pertanian, dan limbah industri termasuk
pertambangan. Limbah pemukiman mempunyai pengertian segala bahan pencemar yang
dihasilkan oleh daerah pemukiman atau rumah tangga. Limbah pemukiman ini bisa
berupa sampah organik (kayu, daun dll), dan sampah nonorganik (plastik,
logam, dan deterjen). Asian Development Bank (2008) pernah
menyebutkan pencemaran air di Indonesia menimbulkan kerugian Rp 45 triliun per
tahun. Biaya yang akibat pencemaran air ini mencakup biaya kesehatan, biaya
penyediaan air bersih, hilangnya waktu produktif, citra buruk pariwisata, dan
tingginya angka kematian bayi.
Salah satu dampak negative dari kemajuan ilmu dan
teknologi yang tidak digunakan dengan benar adalah terjadinya polusi.
Polusi adalah peristiwa masuknya zat, unsure, zat atau komponen lain yang
merugikan ke dalam lingkungan akibat aktivitas manusia atau proses alami.
Segala sesuatu yang menyebabkan polusi disebut polutan.
Suatu benda dapat
dikatakan polutan bila kadarnya melebihi batas normal, berada pada tempat dan
waktu yang tidak tepat. Polutan dapat berupa suara, panas, radiasi, debu, bahan
kimia, zat- zat yang dihasilkan makhluk hidup dan sebagainya. Adanya polutan
dalam jumlah yang berlebihan dapat menyebabkan lingkungan tidak dapat
mengadakan pembersihan sendiri (regenerasi). Oleh karena itu, polusi terhadap
lingkungan perlu dideteksi secara dini dan ditangani segera.
Pencemaran air terjadi apabila dalam air terdapat
berbagai macam zat atau kondisi (misal Panas) yang dapat menurunkan standar
kualitas air yang telah ditentukan, sehingga tidak dapat digunakan untuk
kebutuhan tertentu. Suatu sumber air dikatakan tercemar tidak hanya karena
tercampur dengan bahan pencemar, akan tetapi apabila air tersebut tidak sesuai
dengan kebutuhan tertentu, Sebagai contoh suatu sumber air yang mengandung
logam berat atau mengandung bakteri penyakit masih dapat digunakan untuk
kebutuhan industri atau sebagai pembangkit tenaga listrik, akan tetapi tidak
dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga (keperluan air minum, memasak,
mandi dan mencuci).
2.2 Sabun
dan Detergen
Limbah
domestik kerapkali mengandung sabun dan diterjen. Keduanya merupakan sumber
potensial bagi bahan pencemar organik. Sabun adalah senyawa garan dari
asam-asam lemak tinggi, seperti natrium stearat, C17H35COO-Na+.
Aksi pencucian dari sabun banyak dihasilkan dari kekuatan pengemulsian dan
kemampuan menurunkan tegangan permukaan dari air. Konsep ini dapat dipahami
dengan mengingat kedua sifat dari ion sabun. Suatu gambaran dari stearat
terdiri dari ion karboksil sebagai “kepala” dengan hidrokarbon yang
panjang sebagai “ekor“.
Dengan
adanya minyak, lemak dan bahan organik tidak larut dalam air lainnya,
kecenderungan untuk ‘ekor” dari anion melarut dalam bahan organik,
sedangkan bagian “kepala” tetap tinggal dalam larutan air.
Oleh
karena itu sabun mengemulsi atau mengsuspensi bahan organik dalam air. Dalam
proses ini, anion-anion membentuk partikel-partikel micelle seperti gambar
berikut.
Gambar 3 Bentuk partikel-partikel
koloid Micelle dari sabun
Keuntungan yang utama dari sabun sebagai bahan pencuci terjadi dari
reaksi dengan kation-kation divalen membentuk garam-garam dari asam lemak yang
tidak larut.
2 C17H35COO-Na+
+ Ca2+ –> Ca(C17H35CO2)2(s) + 2 Na+
Padatan-padatan tidak larut ini, biasanya garam-garam dari mahnesium atau
kalsium. Keduanya tidak seluruhnya efektif seperti bahanbahan pencuci. Bila
sabun digunakan dengan cukup, semua kation divalen dapat dihilangkan oleh
reaksinya dengan sabun, dan air yang mengandung sabun berlebih dapat mempunyai
kemampuan pencucian dengan kualitas yang baik.
Begitu sabun masuk ke dalam buangan air atau suatu sistem akuatik
biasanya langsung terendap sebagai garam-garam kalsium dan magnesium, oleh
karena itu beberapa pengaruh dari sabun dalam larutan mungkin dapat
dihilangkan. Akhirnya dengan biodegridasi, sabun secara sempurna dapat
dihilangkan dari lingkungan. Oleh kerena itu i terlepas dari pembentukan buih
yang tidak enak dipandang, sabun tidak menyebabkan pencemaran yang penting.
Deterjen sintentik mempunyai sifat-sifat mencuci yang
baik dan tidak membentuk garam-garam tidak larut dengan ion-ion kalsium dari
magnesium yang biasa terdapat dalam air sadah. Deterjen sintetik mempunyai
keuntungan tambahan karena secara relatif bersifat asam kuat, oleh karena itu
tidak menghasilkan endapan sebagai asam-asam yang mengendap suatu karakteristik
yang tidak nampak pada sabun.
Unsur kunci dari deterjen adalah bahan surfaktan atau bahan aktif
permukaan yang bereaksi dalam menjadikan air menjadi basah (wetter) dan sebagai
bahan pencuci yang lebih baik. Surfaktan terkonsentrasi pada batas permukaan
antara air dengan gas (udara), padatan-padatan (debu) dan
cairan-cairan yang tidak dapat bercampur (minyak). Hal ini terjadi karena
struktur “Amphiphilic” yang berarti bagian yang satu dari molekul
adalah suatu yang bersifat polar atau gugus ionik (sebagai kepala) dengan
afinitas yang kuat untuk air dan bagian lainnya suatu hidrokarbon (sebagai
ekor) yang tidak suka air.
Senyawa ini suatu surfaktan alkil sulfat, suatu jenis yang banyak
digunakan untuk berbagai keperluan seperti shampo, kosmetik, pembersih, dan
loundry. Sampai tahun 1960-an sufaktan yang paling umum digunakan adalah
alkil benzen sulfonat. ABS suatu produk derivat alkil benzen. ABS sangat tidak
menguntungkan karena ternyata sangat lambat terurai oleh bakteri pengurai
disebabkan oleh adanya rantai bercabang pada strukturnya. Oleh kerena itu ABS
kemudian digantikan oleh surfaktan yang dapat dibiodegradasi yang dikenal
dengan Linier Alkil Sulfonat (LAS). Sejak LAS menggantikan ABS dalam deterjen
masalah-masalah yang timbul seperti penutupan permukaan air oleh gumpalan busa
dapat dihilangkan dan toksinitasnya terhadap ikan di air telah banyak
dikurangi.
Sampah dan buangan-buangan kotoran dari rumah tangga, pertanian dan
pabrik/industri dapat mengurangi kadar oksigen dalam air yang dibutuhkan oleh
kehidupan dalam air. Di bawah pengaruh bakteri anaerob senyawa organik
akan terurai dan menghasilkan gas-gas NH3 dan H2S dengan bau busuknya. Penguraian
senyawa-senyawa organik juga akan menghasilkan gas-gas beracun dan
bakteri-bakteri patogen yang akan mengganggu kesehatan air.
Detergen tidak dapat diuraikan oleh organisme lain kecuali oleh ganggang
hijau dan yang tidak sempat diuraikan ini akan menimbulkan pencemaran air.
Senyawa-senyawa organik seperti pestisida (DDT, dikhloro difenol trikhlor
metana), juga merupakan bahan pencemar air. Sisa-sisa penggunaan pestisida yang
berlebihan akan terbawa aliran air pertanian dan akan masuk ke dalam rantai
makanan dan masuk dalam jaringan tubuh makhluk yang memakan makanan itu.
Bahan pencemar air yang paling berbahaya adalah air raksa. Senyawasenyawa
air raksa dapat berasal dari pabrik kertas, lampu merkuri. Karena pengaruh
bakteri anaerob garam anorganik Hg dengan adanya senyawa hidrokarbon akan
bereaksi membentuk senyawa dimetil mekuri (CH3)2Hg yang larut dalam air tanah
dan masuk dalam rantai makanan yang akhirnya dimakan manusia.
Energi panas juga dapat menjadi bahan pencemar air, misalnya penggunaan
air sebagai pendingin dalam proses di suatu industri atau yang digunakan pada
reaktor atom, menyebabkan air menjadi panas. Air yang menjadi panas, selain
mengurangi kelarutan oksigen dalam air juga dapat berpengaruh langsung
kehidupan dalam air.
2.3 Sumber
Penyebab Terjadinya Pencemaran Air
Ada beberapa
penyebab terjadinya pencemaran air antara lain apabila air terkontaminasi
dengan bahan pencemar air seperti sampah rumah tangga, sampah limbah industri,
sisa-sisa pupuk atau pestisida dari daerah pertanian, limbah rumah sakit,
limbah kotoran ternak, partikulat-partikulat padat hasil kebakaran hutan dan
gunung berapi yang meletus atau endapan hasil erosi tempat-tempat yang
dilaluinya.
Bahan Pencemar air
Pada dasarnya Bahan Pencemar Air dapat
dikelompokkan menjadi:
a. Sampah
yang dalam proses penguraiannya memerlukan oksigen yaitu sampah yang
mengandung senyawa organik, misalnya sampah industri makanan, sampah
industri gula tebu, sampah rumah tangga (sisa-sisa makanan), kotoran
manusia dan kotoran hewan, tumbuhtumbuhan dan hewan yang mati. Untuk proses
penguraian sampahsampah tersebut memerlukan banyak oksigen, sehingga apabila
sampah-sampah tersbut terdapat dalam air, maka perairan (sumber air) tersebut
akan kekurangan oksigen, ikan-ikan dan organisme dalam air akan mati kekurangan
oksigen. Selain itu proses penguraian sampah yang mengandung protein
(hewani/nabati) akan menghasilkan gas H2S yang berbau busuk, sehingga air tidak
layak untuk diminum atau untuk mandi.
b.
Bahan pencemar penyebab terjadinya penyakit, yaitu
bahan pencemar yang mengandung virus dan bakteri misal bakteri coli yang dapat
menyebabkan penyakit saluran pencernaan (disentri, kolera, diare, types) atau
penyakit kulit. Bahan pencemar ini berasal dari limbah rumah tangga, limbah
rumah sakit atau dari kotoran hewan/manusia.
c.
Bahan pencemar senyawa anorganik/mineral
misalnya logam-logam berat seperti merkuri (Hg), kadmium (Cd), Timah hitam
(pb), tembaga (Cu), garam-garam anorganik. Bahan pencemar berupa logam-logam
berat yang masuk ke dalam tubuh biasanya melalui makanan dan dapat tertimbun
dalam organ-organ tubuh seperti ginjal, hati, limpa saluran pencernaan lainnya
sehingga mengganggu fungsi organ tubuh tersebut.
d.
Bahan pencemar organik yang tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme yaitu senyawa organik berasal dari pestisida, herbisida, polimer
seperti plastik, deterjen, serat sintetis, limbah industri dan limbah minyak.
Bahan pencemar ini tidak dapat dimusnahkan oleh mikroorganisme, sehingga akan
menggunung dimana-mana dan dapat mengganggu kehidupan dan kesejahteraan makhluk
hidup.
e.
Bahan pencemar berupa makanan tumbuh-tumbuhan seperti
senyawa nitrat, senyawa fosfat dapat menyebabkan tumbuhnya alga (ganggang)
dengan pesat sehingga menutupi permukaan air. Selain itu akan mengganggu
ekosistem air, mematikan ikan dan organisme dalam air, karena kadar oksigen dan
sinar matahari berkurang. Hal ini disebabkan oksigen dan sinar matahari yang
diperlukan organisme dalam air (kehidupan akuatik) terhalangi dan tidak dapat
masuk ke dalam air.
f.
Bahan pencemar berupa zat radioaktif, dapat
menyebabkan penyakit kanker, merusak sel dan jaringan tubuh lainnya. Bahan
pencemar ini berasal dari limbah PLTN dan dari percobaan-percobaan nuklir
lainnya.
g.
Bahan pencemar berupa endapan/sedimen seperti
tanah dan lumpur akibat erosi pada tepi sungai atau partikulat-partikulat
padat/lahar yang disemburkan oleh gunung berapi yang meletus, menyebabkan air
menjadi keruh, masuknya sinar matahari berkurang, dan air kurang mampu
mengasimilasi sampah.
h.
Bahan pencemar berupa kondisi (misalnya panas), berasal
dari limbah pembangkit tenaga listrik atau limbah industri yang menggunakan air
sebagai pendingin. Bahan pencemar panas ini menyebabkan suhu air meningkat
tidak sesuai untuk kehidupan akuatik (organisme, ikan dan tanaman dalam air).
Tanaman, ikan dan organisme yang mati ini akan terurai menjadi senyawa-senyawa
organik. Untuk proses penguraian senyawa organik ini memerlukan oksigen,
sehingga terjadi penurunan kadar oksigen dalam air.
Secara garis besar bahan pencemar air tersebut di atas dapat
dikelompokkan menjadi:
- Bahan pencemar organik, baik yang dapat mengalami
penguraian oleh mikroorganisme maupun yang tidak dapat mengalami
penguraian.
- Bahan pencemar anorganik, dapat
berupa logam-logam berat, mineral (garam-garam anorganik seperti sulfat,
fosfat, halogenida, nitrat)
- Bahan pencemar berupa
sedimen/endapan tanah atau lumpur.
- Bahan pencemar berupa zat
radioaktif
- Bahan pencemar berupa panas
2.4 Parameter
dan Standar Kualitas Air
Telah kita ketahui bahwa sumber air
dikatakan tercemar apabila mengandung bahan pencemar yang dapat mengganggu
kesejahteraan makhluk hidup (hewan, manusia, tumbuh-tumbuhan) dan lingkungan.
Akan tetapi air yang mengandung bahan pencemar tertentu dikatakan tercemar untuk
keperluan tertentu, misalnya untuk keperluan rumah tangga belum tentu dapat
dikatakan tercemar untuk keperluan lain. Dengan demikian standar kualitas air
untuk setiap keperluan akan berbeda, bergantung pada penggunaan air tersebut,
untuk keperluan rumah tangga berbeda dengan standar kualitas air untuk
keperluan lain seperti untuk keperluan pertanian, irigasi, pembangkit tenaga
listrik dan keperluan industri. Dengan demikian tentunya parameter yang
digunakan pun akan berbeda pula.
Sesuai dengan bahan pencemar yang
terdapat dalam sumber air, maka parameter yang biasa digunakan untuk mengetahui
standar kualitas air pun berdasarkan pada bahan pencemar yang mungkin ada,
antara lain dapat dilihat dari:
- warna, bau, dan/atau rasa dari
air.
- Sifat-sifat senyawa anorganik
(pH, daya hantar spesifik, daya larut oksigen, daya larut garam-garam dan
adanya logam-logam berat).
- Adanya senyawa-senyawa organik
yang terdapat dalam sumber air (misal CHCl3, fenol, pestisida,
hidrokarbon).
- Keradioaktifan misal sinar ß.
- Sifat bakteriologi (misal
bakteri coli, kolera, disentri, typhus dan masih banyak lagi).
2.5 Dampak Pencemaran Air
Limbah
rumah tangga seperti sabun dan detergen sepertinya menjadi salah satu sumber utama dan penyebab pencemaran
air yang memberikan dampak paling kentara terutama pada masyarakat perkotaan di
Indonesia. Limbah pemukiman (rumah tangga) yang menjadi salah satu penyebab
pencemaran air diakibatkan oleh aktivitas manusia itu sendiri. Dan pada
akhirnya pencemaran air ini juga memberikan dampak yang merugikan bagi manusia
itu pula.
Beberapa dampak
pencemaran air bersih dari limbah rumah tangga :
1. Kualitas air menurun
Air yang mengalami pencemaran akibat sampah
organik akan memiliki kandungan oksigen yang rendah sehingga dari sini kita
bisa tahu bahwa kualitas air menjadi menurun. Hal ini disebabkan oleh bakteri
pembusuk yang menghabiskan sebagian besar oksigen untuk proses pembusukan
sampah tersebut.
2. Tumbuhnya kuman penyakit
Banyaknya kontaminasi yang terjadi akibat
limbah rumah tangga yang dibuang sembarangan dapat memunculkan penyakit seperti
disentri, penyakit kulit, mutaber dan sejenisnya yang sifatnya mudah sekali
menular.
3. Air tak layak konsumsi
Dari pencemaran yang terjadi
akibat limbah rumah tangga / domestik akan membuat air sungai dan sumber air di
lokasi sekitar menjadi tak layak digunakan. Ini disebabkan karena limbah
tersebut telah menyatu dengan air bersih sehingga perlu penanganan khusus
supaya air ditempat sekitar dapat dikonsumsi kembali sebagai air minum, air
mandi, air cuci maupun air mengolah makanan.
4. Suplai air berkurang
Untuk sungai yang tercemar
biasanya pendangkalan sungai akan terjadi. Hal ini disebabkan oleh limbah rumah
tangga yang membusuk menjadi masalah utama dalam pendangkalan air sungai
sehingga suplai air pun di lokasi pencemaran menjadi berkurang drastis.
Sungai yang diisi oleh banyak
sampah organik maupun anorganik yang tidak dapat dibusukkan oleh bakteri
pembusuk dapat menyumbat aliran air sehingga bila air pada lokasi tertentu
terhambat maka dapat memuntahkan air sungai di lokasi tersebut sehingga bencana
banjir tak dapat dielakan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pencemaran Air oleh Limbah Cucian (Sabun
dan Detergen)
Limbah detergen yang mencemari badan air atau
sumur gali umumnya berasal dari limbah
rumah tangga dan berbagai kegiatan masyarakat yang menggunakan detergen secara
besar-besaran, sehingga pencemaran air bersih oleh zat ini semakin hari semakin
mengkawatirkan. Detergen atau
surfaktan sintetis merupakan zat toksik,
bersifat karsinogenik dapat menimbulkan kanker jika terakumulasi dalam jangka
waktu lama di dalam tubuh.
PENCEMARAN
DETERGEN
|
Detergen umumnya tersusun atas lima jenis bahan, antara lain surfaktan yang
merupakan senyawa Alkyl Bensen Sulfonat (ABS) yang berfungsi untuk
mengangkat kotoran pakaian. Alkyl Bensen Sulfonat bersifat nonbiodegradable
atau sulit
terurai di alam. Bahan utama dari pembuatan deterjen adalah suatu senyawa
surfaktan. Surfaktan atau surface active agent atau wetting agent
merupakan bahan organik yang berperan sebagai bahan aktif pada detergen, sabun,
dan shampoo. Surfaktan dapat menurunkan tegangan permukaan sehingga
memungkinkan partikel-partikel yang menempel pada bahan-bahan yang dicuci terlepas dan
mengapung atau terlarut dalam air (Effendi,H, 2003).
Deterjen juga mengandung bahan pengisi berupa senyawa fosfat, yang
berfungsi mencegah menempelnya kembali kotoran pada bahan yang sedang dicuci. Senyawa
fosfat digunakan hampir oleh segala merk detergen. Senyawa ini memberikan peran besar
pada proses terjadinya eutrofikasi sehingga menyebabkan Booming Alge
(meledaknya populasi tanaman air).
Selanjutnya pemutih dan pewangi sebagai bahan pembantu yang digunakan
pada detergen umumnya umumnya bersal dari natrium karbonat, menurut hasil
beberapa penelitin dapat menyebabkan kanker pada manusia. Sedangkan bahan
pewangi dan bahan penimbul busa pada dasarnya tidak diperlukan dalam proses
pencucian, dan tidak berhubungan antara daya bersih dengan keberadaan busa yang
melimpah.
Sedangkan Fluorescent, berguna untuk membuat pakaian lebih cemerlang.
Menurut Dean dan Bradley (1984), surfaktan memiliki berbagai ragam struktur kimia
yang berbeda, sehingga dikelompokan menjadi empat kelompok utama yaitu:
surfaktan anionik, surfaktan kationik, surfaktan nonionik dan surfaktan amphoteric
(zwitterionic). Perbedaan ini didasarkan pada sifat penggugusan polar yang memberikan
sifat khas pada surfaktan. Dari gugus – gugus ini, yang kationik memiliki
kemampuan yang relatif terbatas. Beberapa jenis
surfaktan ditunjukan dalam berikut :
Beberapa Jenis Surfaktan
No
|
Surfaktan Anionik
|
Surfaktan Kationik
|
Surfaktan Nonionik
|
Surfaktan Amphoterik
|
1.
|
Natrium linear
alkyl
benzene
sulphonate
|
Stearalkonium chloride
|
Dodecyl dimethyl-amine
|
Cocoampho carboxyglycinate
|
2.
|
Linear
alkyl
benzene sulphonate
|
Benzalkonium chloride
|
Coco diethanolamide
|
Cocamidopropylbetaine
|
3.
|
Petroleum sulphonate
|
Quatemary ammonium compounds
|
Alcohol ethoxy
lates
|
Betaines
|
4.
|
Natrium lautryl ether sulphate
|
Amine compound
|
Linier primary
alcohol
|
Imidazolines
|
5.
|
Alkyl sulphate
|
|
Alcohol polythoxylate
|
|
6.
|
Alcohol sulphate
|
|
Polymers
|
|
Selain digunakan sebagai sabun, surfaktan juga digunakan dalam industri
tekstil dan
pertambangan, baik sebagai lubrikan, emulsi, maupun flokulan. Komposisi surfaktan
dalam detergen berkisar antara 10%-30%, disamping polifosfat dan pemutih. Kadar
surfaktan 1 mg/liter dapat mengakibatkan terbentuknya busa perairan
(Effendi, 2003).
3.2 Sifat Fisika dan Kimiawi Surfaktan
Sifat surfaktan bergantung pada suatu molekul yang memiliki sifat lipofilik dan
hidrofilik. Pada batas antar fase (misalnya, lemak dan air atau udara dan air),
molekul surfaktan bergabung menyebabkan turunnya tegangan permukaan.
Pada batas antar fase ini, keberadaan busa menyebabkan terbentuknya perluasan
daerah antar fase dan dengan demikian akumulasi surfaktan dalam air busa dan
akibatnya, terjadi penurunan kepekatan surfaktan dalam massa air. Pengaruh ini
dapat menyebabkan perbedaan dalam kepekatan dalam tingkatan beberapa ribu
kali (Connell, 1995).
Surfaktan ABS ( alkyl benzene
sulphonate) digunakan dalam bentuk garam natrium, zat ini terdapat dalam air
alamiah sebagai garam kalsium. Garam ini memiliki kelarutan dalam air yang
rendah dan terdapat sebagai suatu suspensi yang tidak stabil. Pertama kali
menempel pada batas antar fase seperti udara-air, lemak-air dan
sediment dasar air, tetapi secara nyata memasuki sediment dasar sebagai
deposit. Ini menyebabkan kepekatan yang tinggi dalam sediment pada daerah yang
menerima limbah air yang mengandung surfaktan (Connell, 1995 .
Surfaktan dapat mengubah sifat aliran hidrolik media porous seperti
tanah. Pembentukan
misel garam kalsium surfaktan ABS dalam sistem alamiah memungkinkan
surfaktan menjadi lebih mudah diendapkan dari pada garam natrium.
Pengendapan surfaktan ini menyebabkan pembentukan suatu sel garam kalsium yang
dapat menghalangi aliran air melalui sistem porous (Connell, 1995).
3.3 Proses Penguraian (Degradasi) pada Detergen
Proses yang paling penting dalam sistem
alamiah adalah degradasi mikrobial. Tanah dan jasad renik memiliki kemampuan
untuk melakukan degradasi pada surfaktan (Connell, 1995).
Secara kimia proses degradasi detergen
dapat dijelaskan sebagai berikut. Bahwa surfaktan ABS menahan gugus alkil yang
diturunkan dari minyak bumi. Dengan surfaktan anionik, gugus alkil biasanya
mengandung 9-15 atom karbon. Gugus alkil mengandung banyak struktur yang berbeda dan
terdapat pengaruh mengenai jenis struktur ini terhadap biodegradasi.
Hadirnya sebuah atom karbon kuartener dalam rantai alkil dapat menghambat proses
degradasi karena sebuah atom hidrogen tidak tersedia bagi oksidasi β. Umumnya
percabangan rantai alkil menambah ketahanan terhadap degradasi. Sebaliknya gugus
alkil berantai lurus relatif dapat didegradasi. Sifat ini telah dimanfaatkan
dalam pembuatan surfaktan komersial. Surfaktan ABS dengan gugus alkil yang
mengandung campuran rantai-rantai bercabang adalah cukup sulit untuk
didegradasi. Sehingga dibuat surfaktan ABS yang mengandung gugus alkil linier, yang
mudah didegradasi.
3.4 Sumur
Resapan sebagai Upaya Mungurangi Pencemaran Air oleh Limbah Sabun dan Detergen
Limbah bekas air buangan kamar
mandi dan bekas air cucian harus
dikelola dengan baik. Berikut ini merupakan ketentuan yang sedapat mungkin
untuk dilakukan dalam pengelolaannya yaitu tempat cucian dipasang tidak jauh
dari dapur. Bak cucian dipasang saringan, saluran pralon ke bak kontrol yang
jaraknya maksimum 5 m. Bak ini perlu ditutup dan diberi pegangan agar
memudahkan pengambilan tutup bak. Agar binatang tidak dapat masuk perlu dibuat
besi penghalang.
Untuk pembuatannya dapat
dilihat pada Gambar di bawah ini:
Gambar 1. Pengelolaan Air Limbah Saluran
Pembuangan
Dari
gambar tersebut terlihat kegunaan tempat pengelolaan limbah, yaitu untuk
membuang air cucian dapur dan kamar mandi serta untuk membuang air kotoran
kamar mandi. Saluran pengolahan limbah ini perlu dibersihkan secara teratur
terutama pada saringan air. Jangan membuang benda-benda padat seperti : batu
kerikil, kertas, kain, plastik dan barang-barang lainnya, karena akan menyumbat
saluran.
Limbah
air bekas mandi dan cuci dialirkan ke bak kontrol dan langsung ke sumur
resapan. Air akan tersaring pada bak resapan dan air yang keluar dari bak
resapan sudah bebas dari pencemaran.Tempat mandi dan cuci dibuat dari batu
bata, campuran semen dan pasir. Bak kontrol dibuat terutama untuk saluran yang
berbelok, karena pada saluran berbelok lama-lama terjadi pengikisan ke samping
sedikit demi sedikit, dan akan terjadi suatu pengendapan kotoran. Dibuat juga
sumur resapan yang terbuat dari susunan batu bata kosong yang diberi kerikil
dan lapisan ijuk. Sumur resapan diberi kerikil dan pasir. Jarak antara sumur
air bersih ke sumur resapan minimum 10 m agar jangan mencemarinya.
Pembuatan
dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2. Bak Saluran Bekas Mandi dan Cuci.
Disamping cara yang tersebut diatas untuk mengelola limbah saluran
kamar mandi dan limbah bekas cucian dapat juga dilakukan dengan cara
mengalirkan limbah melalui saluran ke sebuah lubang resapan.
Pertama dibuat lubang di luar dapur dengan lebar,
panjang dan tinggi 1 m atau disesuaikan dengan tempat dan kebutuhan. Di buat
saluran dari batu bata, pasir, semen atau pakai bis. Kalau saluran terbuka bisa
ditutup dengan bambu, kayu atau seng. Bak resapan diisi dengan pasir, kerikil,
batu kali. Akan lebih baik kalau bak resapan ditutup dengan
kayu/bambu/cor-coran pasir dan semen. Dan dapat diberi saluran udara dari
pralon.
Cara pembuatannya dapat dilihat pada Gambar di bawah
ini.
Gambar 4.
Pengelolaan limbah air buangan kamar mandi dan limbah bekas air cucian.
Untuk mencegah agar tidak terjadi
pencemaran air, dalam aktivitas kita dalam memenuhi kebutuhan hidup hendaknya
tidak menambah terjadinya bahan pencemar antara lain tidak membuang sampah
rumah tangga, sampah rumah sakit, sampah/limbah industri secara sembarangan,
tidak membuang ke dalam air sungai, danau ataupun ke dalam selokan. Tidak
menggunakan pupuk dan pestisida secara berlebihan, karena sisa pupuk dan
pestisida akan mencemari air di lingkungan tanah pertanian. Tidak menggunakan
deterjen fosfat, karena senyawa fosfat merupakan makanan bagi tanaman air
seperti enceng gondok yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran air.
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
limbah bekas cucian yang mengandung sabun dan detergen dapat mengakibatkan
pencemaran air apabila tidak diolah secara bijak. Limbah ini dapat mencemari
air sungai ataupun resapan air tanah yang semestinya dapat digunakan sebagai
bahan baku air bersih. Detergen dan sabun ini mengandung bahan surfaktan yang
dapat mencemari air dan tentunya berbahaya bila terkonsumsi oleh manusia. Detergen atau surfaktan sintetis merupakan zat toksik, bersifat
karsinogenik dapat menimbulkan kanker
jika terakumulasi dalam jangka waktu lama di dalam tubuh. Deterjen juga mengandung bahan pengisi
berupa senyawa fosfat yang digunakan
hampir semua merek detergen. Senyawa ini memberikan peran besar pada proses
terjadinya eutrofikasi sehingga menyebabkan Booming Alge (meledaknya populasi tanaman air). Bahan pewangi
dan bahan penimbul
busa pada dasarnya tidak diperlukan dalam proses pencucian, dan tidak
berhubungan antara daya bersih dengan keberadaan busa yang melimpah. Jadi, peran sabun dan detergen
terhadap pencemaran air sangatlah besar. Oleh karena itu, sebagai manusia yang
bijak sudah seharusnya kita mengolah limbah cuci tersebut, salah satu upaya
yang dapat kita lakukan adalah dengan membangunan saluran pembuangan air cucian
dengan metode sumur resapan yang diberi kerikil, batu kali dan pasir.
4.2
Saran
·
Sebaiknya
masyarakat mengurangi pemakaian sabun atau detergen yang mengandung fosfat
dalam kadar banyak.
·
Sebaiknya
masyarakat lebih bijak dalam pemakaian sabun dan detrgen karena banyaknya
detergen yang digunakan untuk menghasilkan busa yang banyak tidak mempengaruhi
daya bersih dari proses pencucian tersebut.
·
Sebaiknya
masyarakat mulai memperhatikan pentingnya kebersihan lingkungan dan
menaggulangi terjadinya pencemaran baik air, tanah, maupun udara.
DAFTAR PUSTAKA
§
Djambur. W. Sukarno. 1993. Biologi 1 untuk Sekolah
Menengan Umum. Jakarta:
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, pusat perbukuan
§
Ahya M Salman. 1993. Biologi 1 untuk Sekolah
Menengah Umum, Dekdibud, Jakarta
§
Santiyono. 1994. Biologi 1 untuk sekolah
Menengah Umum, penerbit Erlangga
§
Sumber dan Bahan Pencemar Air _ Chem-Is-Try.Org
_ Situs Kimia Indonesia _.htm
§
pencemaran-detergen-pada-air-bersih.html by
Munif Arifin
§
Sabun dan Deterjen _ Chem-Is-Try.Org _ Situs
Kimia Indonesia _.htm